AL-QUR’AN TENTANG PENDIDIKAN


    Pendidikan Islam sebagai salah satu aspek dari ajaran Islam yang didasarkan pada Al-Qur’an dan Hadist Nabi Muhammad saw. Dari kedua sumber tersebut, para intelektual muslim kemudian mengembangkannya dan mengklasifikannya kedalam dua bagian yaitu: Pertama, akidah untuk ajaran yang berkaitan dengan keimanan; kedua, adalah syariah untuk ajaran yang berkaitan dengan amal nyata (Muhammad Syaltut). Dan sebagai tambahan adalah fisafat sebagai alat bantuk dalam berpikir manusia untuk selalu mengembangkan pengetahuan yang sudah di miliki. Filalsafat tersebut digunakan untuk mengetahui permasalahan yang sedang dihadapi dan bagaimana menyelesaikan masalah tersebut tanpap mengakibatkan masalah yang lebih besar. Tentu saja dalam perkembangan yang dilakukan oleh manusia tidak akan terlepas dari perintah dan larangan agama, karena dalam hal ini agama memrupakan sumber yang paling utama dan mmenduduki kedudukan yang tertinggi yang disusul kemudian adalah filsafat, kemudian ilmu pengetahuan.

    Oleh karena pendidikan (formal, nonformal dan informal) termasuk amalan yang nyata dan harus dilakukan, maka pendidikan tercakup dalam bidang syariah. Bila diklasifikasikan lebih lanjut, termasuk dalam sub bidang muamalah. Pengklasifikaksian ini tidak terlepas dari adanya tanggung jawab yang wajib bahwa pendidikan merupakan sebuah kebutuhan yang nantinya akan menyangkut kebutuhan orang banyak (social masyarakat). Dengan demikian maka jelaslah bahwa sebaik-baik orang adalah dia yang mampu memberikan kontribusi pada masyarakat sekitanya. Dan perintah ajarkanlah ilmu walau satu ayat.

    Dalam Al-Qur’an (Q.S. 31: 12-15) yang artinya: “Dan sungguh, telah Kami Berikan hikmah kepada Luqman, yaitu, “Bersyukurlah kepada Allah! Dan barangsiapa bersyukur (kepada Allah), maka sesungguhnya dia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan barangsiapa tidak bersyukur (kufur), maka sesungguhnya Allah Maha Kaya, Maha Terpuji. Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, ketika dia memberi pelajaran kepadanya, “Wahai anakku! Janganlah engkau mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar. Dan Kami Perintahkan kepada manusia (agar berbuat baik) kepada kedua orang tua-nya. lbunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam usia dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu. Hanya kepada Aku kembalimu. Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang engkau tidak mempunyai ilmu tentang itu, maka janganlah engkau menaati keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku. Kemudian hanya kepada-Ku tempat kembalimu, maka akan Aku Beritahukan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan”. Ayat ini menerangkan kepada kita bahwa dalam pendidikan yang paling ditekankan adalah pendidikan yang dilakukan oleh orang tua, karena pendidikan ini secara sadar atau tidak sadar merupakan pendidikan yang pertama kali didapatkan oleh seorang anak sebelum mendapat pengaruh dari luar. Dan ayat tersebut menrangkan kepada kita bahwa apabila orang tua menyuruh kita untuk melakukan hal-hal yang dilarang dalam agama, maka kita wajib nenolaknya, akan tetapi dengan perkataan yang baik (wajaadil hum billaty hia akhsan).

   Surat tersebut secara terang-terangan menjelaskan kepada kita tentang prinsip-prinsip dasar materi pendidikan Islam yang terdiri atas masalah iman, ibadah, sosial, dan ilmu pengetahuan yang nantinya akan menjadi bekal dalam menjalani kehidupan sebagai tanggung jawab ke-Khalifah-an.

   Sebagai bantahan pendapat yang meragukan terhadap adanya aspek pendidikan dalam Al-Qur’an. Abdul Rahman Saleh Abdullah mengemukakan bahwa kata Tarbiyah yang berasal dari kata “Rabb”(mendidik dan memelihara) banyak terdapat dalam Al-Qur’an; demikian pula kata “Ilm” yang demikian banyak dalam Al-Qur’an menunjukkan bahwa dalam Al-Qur’an tidak mengabaikan konsep-konsep yang menunjukkan kepada  pendidikan (Departemen P & K, 1990:291). Hal ini ditegaskan karena dengan pendidikanlah umat manusia mendapatkan ilmu pengetahuannya. Selain itu dengan ilmu pengetahuan yang didaptnya, diharapkan supaya umat islam menjadi lebih beriman dan bertaqwa kepada Allah bukan kakena ikut-ikutan dari agama orang tua, tetapi karena dirinya pribadi.
Sebagai pedoman yang tidak kalah pentingnya, Hadist juga banyak memberikan dasar-dasar bagi pendidikan  Islam. Karena Hadist sebagai pernyataan, pengalaman, takrir dan hal ihwal Nabi Muhammad saw., merupakan sumber ajaran Islam yang kedua sesudah Al-Qur’an.

   Sebagai penunjang berkembangnya ilmu pengetahuan, di samping Al-qur’an dan Hadist sebagai sumber atau dasar pendidikan Islam, tentu saja masih memberikan penafsiran dan penjabaran lebih lanjut terhadap Al-Qur’an dan Hadist, berupa ijma’, qiyas, ijtihad, istihsan dan sebagainya yang sering pula dianggap sebagai dasar pendidikan Islam. Akan tetapi, kita konsekuen bahwa dasar adalah tempat berpijak yang paling mendasar, maka dasar pendidikan Islam hanyalah Al-Qur’an dan Hadist Nabi Muhammad saw. Sehingga pandangan para ulama yang berupa berupa ijma’, qiyas, ijtihad, istihsan dan sebagainya dijadikan sebagai sarana untuk memberikan pemahaman sebagai penjelas al-Qur’an dan Hadist tersebut.

   Berikut beberapa ayat dan Hadistt yang membahas tentang pendidikan :
1.        QS: As Shafaat: 102
Yang artinya: “Maka ketika anak itu sampai (pada umur) sanggup berusaha bersamanya, (Ibrahim) berkata, “Wahai anakku! Sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah bagaimana pendapatmu!” Dia (Isma‘il) menjawab, “Wahai ayahku! Lakukanlah apa yang Diperintahkan (Allah) kepadamu; Insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang yang sabar.”
Ayat ini mengajarkan kepada kita tentang makna “metodologi” pendidikan pada anak. Yang mana ayat ini mengisahkan dua hamba Allah (Bapak-Anak), Ibrahim dan putranya Ismail AS terlibat dalam suatu diskusi yang mengagumkan. Bukan substansi dari diskusi mereka yang menjadi perhatian kita. Melainkan approach/cara pendekatan yang dilakukan oleh Ibrahim dalam meyakinkan anaknya terhadap suatu permasalahan yang sangat agung itu.
Kisah tersebut mengajarkan kepada kita bahwa metode “dialogis” dalam mengajarkan anak sangat didukung oleh ajaran Islam. Kesimpulan ini pula menolak anggapan sebagian orang kalau Islam mengajarkan ummatnya otoriter (pemaksaan), khususnya dalam mendidik anak.

2.        Ar-Rahman ayat 1-4 (Tentang subyek pendidikan)
Yang artinya: “(Rabb) Yang Maha Pemurah. Yang telab mengajarkan al Qur’an.Dia menciptakan manusia.Mengajarnya pandai berbicara /AI-Bayan”.
Kaitannya ayat ar-Rahman ini dengan Subjek Pendidikan adalah sebagai berikut:
  • Kata ar-Rahman menunjukkan bahwa sifat-sifat pendidik adalah murah hati, penyayang dan lemah lembut, santun dan berakhlak mulia kepada anak didiknya dan siapa saja yang menunjukan profesionalisasi pada Kompetensi Personal
  • Seorang guru hendaknya memiliki kompetensi paedagogis yang baik sebagaimana Allah mengajarkan al-Quran kepada Nabi-NYA.
  • Al-Quran menunjukkan sebagai materi yang diberikan kepada anak didik adalah kebenaran/ilmu dari Allah (Kompetensi Profesional)
  • Keberhasilan pendidik adalah ketika anak didik mampu menerima dan mengembangkan ilmu yang diberikan, sehingga anak didik menjadi generasi yang memiliki kecerdasan spiritual dan kecerdasan intelektual, sebagaimana penjelasan AI-Bayan.

3.        Surah Luqman: 13
Artinya: ”Dan (Ingatlah) ketika Luqman Berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: “Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar”.
Dari ayat tersebut dapat kita ambil pokok pikiran sebagai berikut:
  1. Orang tua wajib memberi pendidikan kepada anak-anaknya. Sebagaiman tugasnya, mulai dari melahirkan sampai akil baligh.
  2. Prioritas pertama adalah penanaman akidah dan akhlak. Pendidikan akidah dan akhlak harus diutamakan sebagai kerangka dasar/landasan dalam membentuk pribadi anak yang soleh (Kompetensi Profesional).
  3. Dalam mendidik hendaknya menggunakan pendekatan yang bersifat kasih sayang, sesuai makna seruan Lukman kepada anak-anaknya, yaitu “Yaa Bunayyaa” (Wahai anak-anakku), seruan tersebut menyiratkan muatan kasih sayang/sentuhan kelembutan dan kemesraan, tetapi dalam koridor ketegasan dan kedisplinan, bukan berarti mendidik dengan keras. (Kompetensi Personal).

4.        Surah al-Kahf ayat 66 (Tentang Pendidik)
Yang artinya: ”Musa berkata kepada Khidhr “Bolehkah aku mengikutimu supaya kamu mengajarkan kepadaku ilmu yang benar di antara ilmu-ilmu yang telah diajarkan kepadamu” (QS. 18: 66)”.
Dari ayat ini dapat diambil beberapa pokok pemikiran sebagai berikut:
  1. Kaitan ayat ini dengan aspek pendidikan bahwa seorang pendidik hendaknya:
    Menuntun anak didiknya. Dalam hal ini menerangkan bahwa peran seorang guru adalah sebagai fasilitator, tutor, tentor, pendamping dan yang lainnya. Peran tersebut dilakukan agar anak didiknya sesuai dengan yang diharapkan oleh bangsa neraga dan agamanya.
  2. Memberi tahu kesulitan-kesulitan yang akan dihadapi dalam menuntut ilmu. Hal ini perlu, karena zaman akan selalu berubah seiring berjalananya waktu. Dan kalau kita tidak mengikutinya, maka akan menjadikan anak yang tertinggal.
  3. Mengarahkannya untuk tidak mempelajari sesuatu jika sang pendidik mengetahui bahwa potensi anak didiknya tidak sesuai dengan bidang ilmu yang akan dipelajarinya.

5.        Surah asy-Syu’ara: 214
Yang artinya: “Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat”( QS. 26: 214).
Ayat ini mengajarkan kepada Rasul SAW dan umatnya agar tidak pilih kasih, atau memberi kemudahan kepada keluarga dalam hal pemberian peringatan dan pendidikan. Seorang guru harus memberikannya secara seimbang, tidak membedakan mana yang kaya dan mana yang miskin (menganggap semuanya sama). Guru wajib menegur kepada anak didik siapapun yang melanggar atau tidak sesuai dengan kaidah yang telah diajarkannaaya.

6.        Surah ‘Abasa ayat 1-3
Yang artinya: Dia (Muhammad ) bermuka masam dan berpaling. Karena telah datang seorang buta kepadanya Tahukah kamu barangkali ia ingin membersihkan dirinya dari dosaQS. 80: 1 – 3)
Pesan yang dapat kita ambil adalah:
  1. Setiap insan berhak memperoleh pendidikan, tanpa mengenal ras, suku bangsa, agama maupun kondisi pribadi/fisik dan perekonomiannya.
  2. Sebagai seorang pendidik harus bijak dalam menghadapi anak didiknya dan tidak membeda-bedakan hanya karena fisik yang tidak sempurna. Misal tingkatkan pula pelayanan pendidikan pada peserta didik yang difabel.

7.        Surah al-Ankabut: 19-20
Yang artinya: “Dan apakah mereka tidak memperhatikan bagaimana Allah menciptakan (manusia) dari permulaannya, kemudian mengulanginya (kembali). Sesungguhnya yang demikian itu mudah bagi Allah. Katakanlah: “Berjalanlah di (muka) bumi, maka perhatikanlah bagaimana Allah menciptakan (manusia) dari permulaannya, kemudian Allah menjadikannya sekali lagi. Sesungguhnya.Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu (QS 29: 19 – 20).
Dari ayat tersebut di atas (al-Ankabut: 19 – 20) memerintahkan kepada kita untuk:
  1. Melakukan perjalanan, dengannya seseorang akan menemukan banyak pelajaran berharga baik melalui ciptaan Allah yang terhampar dan beraneka ragam, maupun dari peninggalan lama yang masih tersisa puing-puingnya. Hal ini mengisyaratkakn kepada kita bahwa pengalaman merupakan kunci sebagai tolok ukur perkembangan dalam setiap perubahan yang dilakukan. Selain itu dari pengalaman yang kita lakukan maupun dari pengalaman orang lain lakukan selayaknya dijadikan sebagai ibrah untuk menuju yang lebih baik.
  2. Melakukan pembelajaran, penelitian, dan percobaan (eksperimen) dengan menggunakan akalnya untuk sampai kepada kesimpulan bahwa tidak ada yang kekal di dunia ini, dan bahwa di balik peristiwa dan ciptaan itu, wujud satu kekuatan dan kekuasaan Yang Maha Besar. Pemikiran ini adalah tujuan akhir dari semua yang dikerjakan oleh setiap manusia.

8.        Surat al-‘Alaq ayat 1-5
Yang artinya: Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhan-mu yang Menciptakan. Dia telah Menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhan-mulah Yang Maha Mulia. Yang Mengajar (manusia) dengan pena. Dia Mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya. (QS. 80: 1 – 5).
Ayat diatas dikaitan dengan pendidikan adalah sebagai berikut:
  1. Iqra` bisa berarti membaca atau mengkaji. sebagai aktivitas intelektual dalam arti yang luas, guna memperoleh berbagai pemikiran dan pemahaman. Tetapi segala pemikirannya itu tidak boleh lepas dari Aqidah Islam, karena iqra` haruslah dengan bismi rabbika
  2. Kata al-qalam adalah simbol transformasi ilmu pengetahuan dan teknologi, nilai dan keterampilan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Kata ini merupakan simbol abadi sejak manusia mengenal baca-tulis hingga dewasa ini. Proses transfer budaya dan peradaban tidak akan terjadi tanpa peran penting tradisi tulis–menulis yang dilambangkan dengan al-qalam.
Hubungan agama dan iptek? Secara garis besar, berdasarkan tinjauan ideologi yang mendasari hubungan keduanya, terdapat 3 (tiga) jenis paradigma yaitu:
  1. Paradagima sekuler: paradigma yang memandang agama dan iptek adalah terpisah satu sama lain. Sebab, dalam ideologi sekularisme Barat,agama telah dipisahkan dari kehidupan (fashl al-din ‘an al-hayah). Eksistensi agama tidak dinafikan hanya dibatasi perannya.
  2. Paradigma sosialis, yaitu paradigma dari ideologi sosialisme yang menafikan eksistensi agama sama sekali. Agama itu tidak ada, dus,tidak ada hubungan dan kaitan apa pun dengan iptek.
  3. Paradigma Islam, yaitu paradigma yang memandang bahwa agama adalah dasar dan pengatur kehidupan.
9.        Surah At-Taubah ayat 122
Yang artinya: “Tidak sepatutnya bagi orang-orang yang muKmin itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan diantara mereka beberapaorang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya”. (QS. 09: 122).
Ayat ini memberi anjuran tegas (tahdid) kepada umat Islam agar ada sebagian dari umat Islam untuk memperdalam agama. Dikatakan juga bahwa yang dimaksud kata tafaqquh fi al-din adalah menjadi seorang yang mendalam ilmunya dan selalu memiliki tanggung jawab dalam pencarian ilmu Allah. Dengan demikian menurut tafsir ini dalam sistem pendidikan Islam tidak dikenal dikhotomi pendidikan.

10.    Surat An-Nahl ayat 125
Yang artinya: “Ajaklah kepada jalan Tuhan mu dengan cara yang bijaksana dan dengan mengajarkan yang baik, dan berdiskusilah dengan mereka secara lebih baik”. (QS. 16: 125)
Ada beberapa pelajaran yang dapat kita petik dari ayat ini bahwa metode yang di lakukan dalam proses pendidikan diantaranya: ceramah dan diskusi.

11.    Surat Al-‘Araf ayat 35
Yang artinya: “Hai anak cucu Adam! Jika datang kepadamu Rasul-rasul sebangsamu yang menceritakan kepadamu ayat-ayat-KU, maka barangsiapa yang bertaqwa dan mengadakan perbaikan, niscaya mereka tidak merasa ketakutan” (QS. 07: 35)
Metode cerita / ceramah ini digunakan oleh Rasulullah untuk menyampaikan perintah-perintah Allah.

12.    Surat Ar-Rahman ayat 47-48
Yang artinya: “Nikmat yang manalagi yang akan kamu dustakan? Kedua surga itu mempunyai serba macam pohon dan buah-buahan”. (QS. 55: 147 – 48).
Dalam surat Ar-Rahman ayat 47-48 tergambarkan bahwa Tanya jawab merupakan salah satu metode yang digunakan dalam pendidikan.

13.    Surah al-Baqarah: 31
Yang artinya: “Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman:”Sebutkanlah kepadaKu nama benda-benda itu jika kamu memang orang-orang yang benar”. (QS.02: 31)
Proses pendidikan terhadap manusia terjadi pertama kali ketika Allah SWT selesai menciptakan Adam as, lalu Allah SWT mengumpulkan tiga golongan mahluk yang diciptakan-Nya untuk diadakan Proses Belajar Mengajar (PBM). Tiga golongan mahluk ciptaan Allah dimaksud yaitu Jin, Malaikat, dan Manusia (Adam Alaihissalam) sebagai “mahasiswa” nya, sedangkan Allah SWT bertindak sebagai “Maha Guru” nya. Setelah selesai PBM maka Allah SWT mengadakan evaluasi kepada seluruh mahasiswa ( jin, malaikat, dan manusia) dengan cara bertanya dan menyuruh menjelaskan seluruh materi pelajaran yang diberikan, dan ternyata Adam lah (dari golongan manusia) yang berhasil menjadi juara dalam ujian tersebut.
Semoga tulisan ini dapat memberikan manfaat baik berupa pengetahuan ataupun pengalaman yang membangun dalam kehidupan kita. Akhirnya dengan segala kerendahan hati, apabila terdapat kesalahan dari kata-kata maupun maksud yang kurang bener, kami mohon maaf sebesar-besarnya. Wallahu a’lam bissowab


EmoticonEmoticon